Non-Inverting Adder Amplifier
Non-Inverting Adder Amplifier adalah rangkaian elektronik yang
menggunakan Operational Amplifier (Op-Amp) untuk menggabungkan beberapa sinyal
masukan dengan tegangan yang berbeda menjadi satu sinyal keluaran. Rangkaian
ini juga dikenal sebagai summing amplifier atau adder.Aplikasi umum
Non-Inverting Adder Amplifier adalah dalam rekaman musik dan aplikasi
penyiaran, di mana beberapa sinyal mikrofon digabungkan menjadi satu sinyal
stereo (kiri dan kanan).
Jadi, Non-Inverting Adder Amplifier adalah alat
yang memungkinkan kita untuk menggabungkan sinyal-sinyal tegangan menjadi satu
sinyal keluaran dengan fase yang sama.
- Memahami
prinsip kerja dan pengaplikasian Non-Inverting Adder Amplifier
- Mengetahui variasi penggunaan op amp sebagai non
inverting amplifier.
- Mampu
mensimulasikan rangkaian proteus
BAHAN
a). Op Amp
Operasional amplifier atau yang lebih sering disebut op amp
merupakan suatu komponen elektronika analog yang berfungsi sebagai penguat atau
amplifier multiguna yang diwujudkan dalam sebuah IC op amp. Penguat ini
mempunyai dua buah masukan yaitu input inverting dan input non inverting serta
satu buah keluaran (output).
b). Resistor
Resistor adalah sebuah komponen
elektronika yang terdiri dari dua pin yang berfungsi sebagai alat untuk
mengatur tegangan listrik dan arus listrik. Simbol resistor dilambangkan
dengan huruf R dan satuan resistor adalah ohm (Ω).
ALAT
a). Osiloskop
Osiloskop
adalah alat ukur elektronik yang dapat digunakan untuk memproyeksikan
frekuensi dan sinyal listrik. Proyeksi frekuensi dan sinyal listrik
tersebut dinyatakan dalam bentuk grafik. Terdapat dua sumbu dalam grafik
tersebut yaitu sumbu X dan sumbu Y. Sumbu X menyatakan satuan waktu, sedangkan
sumbu Y menyatakan nilai tegangan.
b). Voltmeter
Voltmeter AC
adalah alat pengukur listrik yang digunakan untuk mengukur tegangan listrik AC
(Arus Bolak-Balik). Voltmeter AC digunakan untuk mengukur tegangan yang
berubah-ubah dengan frekuensi yang berbeda-beda.
c). AC Power Supply
AC power supply berfungsi memberikan tegangan AC pada rangkaian.
Rangkaian Adder atau penjumlahan sinyal dengan OP-AMP
adalah konfigurasi OP-AMP sebagai penguat dengan diberikan input
lebih dari satu untuk menghasilkan sinyal output yang linear sesuai dengan
nilai penjumlahan sinyal input dan faktor penguatan yang ada.
Pada umumnya rangkaian adder adalah rangkaian
penjumlah dasar yang disusun dengan penguat inverting atau non-inverting yang
diberikan input lebih dari 1 line.
Rangkaian Adder/Penjumlahan Non-Inverting atau
disebut Non-Inverting Adder Amplifier memiliki penguatan
tegangan yang tidak melibatkan nilai resistansi input yang digunakan. Oleh
karena itu pada penjumlahan non-inverting nilai resistor input (R1, R2, R2)
sebaiknya bernilai sama persis, hal ini bertujuan untuk mendapatkan kestabilan
dan akurasi penjumlahan sinyal yang diberikan ke rangkaian.
Pada rangkaian Non-Inverting Adder
Amplifier, sinyal input (V1, V1, V3) diberikan ke jalur input melalui resistor
input masing-masing (R1, R2, R3). Besarnya penguatan tegangan (Av) pada
rangkaian penguat penjumlahan Non-Inverting diatas diatur oleh resistor
feedback (Rf) dan resistor inverting (Ri), sehingga dapat dirumuskan dengan :
Teori mengenai rangkaian Non-Inverting Adder Amplifier dengan
menggunakan teorema superposisi :
- Anggap jika Va
berjalan sendiri, Vb = 0
- Anggap jika Vb
berjalan sendiri, Va = 0
- Maka nilai dari V1 adalah
- Diketahui bahwa nilai Vo = Va + Vb ,
maka untuk pembuktiannya :
Misalkan Ra = Rb = R
Misalkan Rf = Ri = R
Nilai Tegangan Output adalah sebesar Vo = Av.Vin
Karena nilai Vin = V1
- Maka Nilai dari Vo =
Va + Vb inilah yang disebut sebagai Adder
Dengan diketahuinya nilai penguatan tegangan pada rangkaian penjumlahan
non-inverting tersebut dapat dirumuskan besarnya tegangan output (Vout)
rangkaian. Secara matematis rumus dari Vout :
Rangkaian adder/penjumlahan non-inverting ini jarang digunakan
dalam aplikasi rangkaian elektronika, karena nilai outputnya adalah hasil kali
rata-rata tegangan input dengan faktor penguatan (Av) sehingga nilai
penjumlahan tegangan merupakan hasil rata-rata sinyal input dan penguatan
tegangan belum sesuai dengan kaidah penjumlahan.
- RESISTOR
SIMBOL :
Resistor adalah
komponen elektronika pasif yang memiliki nilai resistansi atau hambatan
tertentu yang berfungsi untuk membatasi dan mengatur arus listrik dalam suatu
rangkaian elektronika (v=i r).
Jenis resistor
yang digunakan disini adalah fixed resistor, dimana merupakan resistor
dengan nilai tetap terdiri dari film tipis karbon yang diendapkan subtrat
isolator kemudian dipotong berbentuk spiral. Keuntungan jenis fixed resistor
ini dapat menghasilkan resistor dengan toleransi yang lebih rendah.
Cara menghitung
nilai resistor:
Tabel warna
Contoh :
Gelang ke 1 : coklat = 1
Gelang ke 2 : hitam = 0
Gelang ke 3 : hijau = 5 nol dibelakang angka gelang
ke-2; atau kalikan 105
Gelang ke 4 :
perak = toleransi 10%
Maka nilai
resistor tersebut adalah 10 * 105 = 1.000.000 ohm atau 1 mohm dengan toleransi
10%.
- DIODA
Spesifikasi
Dioda adalah komponen yang terbuat dari bahan semikonduktor dan mempunyai fungsi untuk menghantarkan arus listrik ke satu arah tetapi menghambat arus listrik dari arah sebaliknya. Sebuah dioda dibuat dengan menggabungkan dua bahan semi-konduktor tipe-p dan semi-konduktor tipe-n. Ketika dua bahan ini digabungkan, terbentuk lapisan kecil lain di antaranya yang disebut depletion layer. Ini karena lapisan tipe-p memiliki hole berlebih dan lapisan tipe-n memiliki elektron berlebih dan keduanya mencoba berdifusi satu sama lain membentuk penghambat resistansi tinggi antara kedua bahan seperti pada gambar di bawah ini. Lapisan penyumbatan ini disebut depletion layer.
Ketika tegangan positif diterapkan ke anoda dan tegangan negatif diterapkan ke katoda, dioda dikatakan dalam kondisi bias maju. Selama keadaan ini tegangan positif akan memompa lebih banyak hole ke daerah tipe-p dan tegangan negatif akan memompa lebih banyak elektron ke daerah tipe-n yang menyebabkan depletion layer hilang sehingga arus mengalir dari anoda ke katoda. Tegangan minimum yang diperlukan untuk membuat dioda bias maju disebut forward breakdown voltage.
Jika tegangan negatif diterapkan ke anoda dan tegangan positif diterapkan ke katoda, dioda dikatakan dalam kondisi bias terbalik. Selama keadaan ini tegangan negatif akan memompa lebih banyak elektron ke material tipe-p dan material tipe-n akan mendapatkan lebih banyak hole dari tegangan positif yang membuat depletion layer lebih besar dan dengan demikian tidak memungkinkan arus mengalir melaluinya. Kondisi ini hanya terjadi pada dioda yang ideal, kenyataannya arus yang kecil tetap dapat mengalir pada bias terbalik dioda.
Dioda dapat dibagi menjadi beberapa jenis:
1.
Dioda penyearah (dioda biasa atau
dioda bridge) yang berfungsi sebagai penyearah arus ac ke arus dc.
2. Dioda zener yang berfungsi sebagai pengaman
rangkaian dan juga sebagai penstabil tegangan.
3. Dioda led yang berfungsi sebagai lampu
indikator ataupun lampu penerangan.
4. Dioda photo yang berfungsi sebagai sensor
cahaya.
5. Dioda schottky yang berfungsi sebagai
pengendali.
Untuk
menentukan arus zenner berlaku persamaan:
Keterangan:
Pada grafik
terlihat bahwa pada tegangan dibawah ambang batas tegangan mundur (reverse)
sebuah dioda akan tembus (menghantar) dan tidak bisa menahan lagi. Batas ini
disebut dengan area tegangan breakdown dioda. Kondisi dioda pada area ini
adalah tembus atau menghantar dan tidak menghambat. Kemudian pada level
tegangan diantara tegangan breakdown dan tegangan forward terdapat area
tegangan reverse dan tegangan cut off. Pada area ini kondisi dioda adalah
menahan atau tidak mengalirkan arus listrik.
- TRANSISTOR
Transistor
adalah sebuah komponen di dalam elektronika yang diciptakan dari bahan-bahan
semikonduktor dan memiliki tiga buah kaki. Masing-masing kaki disebut sebagai
basis, kolektor, dan emitor.
1. Emitor (e)
memiliki fungsi untuk menghasilkan elektron atau muatan negatif.
2. Kolektor (c)
berperan sebagai saluran bagi muatan negatif untuk keluar dari dalam
transistor.
3. Basis (b) berguna untuk mengatur arah gerak muatan negatif yang keluar dari transistor melalui kolektor.
Berfungsi
sebagai penguat, sebagai sirkuit pemutus dan penyambung arus (switching),
stabilisasi tegangan, dan modulasi sinyal. Selain itu, transistor biasanya
juga dapat digunakan sebagai saklar dalam rangkaian elektronika. Jika ada arus
yang cukup besar di kaki basis, transistor akan mencapai titik jenuh. Pada
titik jenuh ini transistor mengalirkan arus secara maksimum dari kolektor ke
emitor sehingga transistor seolah-olah short pada hubungan kolektor-emitor.
Jika arus base sangat kecil maka kolektor dan emitor bagaikan saklar yang
terbuka. Pada kondisi ini transistor dalam keadaan cut off sehingga tidak ada
arus dari kolektor ke emitor.
Rumus-rumus transistor:
Spesifikasi :
- Bi-polar transistor
- Dc current gain (hfe) is 800 maximum
- Continuous collector current (ic) is
100ma
- Emitter base voltage (vbe) is > 0.6v
- Base current(ib) is 5ma maximum
Konfigurasi transistor
Konfigurasi common base adalah konfigurasi yang kaki basis-nya di-ground-kan dan digunakan bersama untuk input maupun output. Pada konfigurasi common base, sinyal input dimasukan ke emitor dan sinyal output-nya diambil dari kolektor, sedangkan kaki basis-nya di-ground-kan. Oleh karena itu, common base juga sering disebut dengan istilah “grounded base”. Konfigurasi common base ini menghasilkan penguatan tegangan antara sinyal input dan sinyal output namun tidak menghasilkan penguatan pada arus.
Konfigurasi common collector (cc) atau kolektor bersama memiliki sifat dan fungsi yang berlawan dengan common base (basis bersama). Kalau pada common base menghasilkan penguatan tegangan tanpa memperkuat arus, maka common collector ini memiliki fungsi yang dapat menghasilkan penguatan arus namun tidak menghasilkan penguatan tegangan. Pada konfigurasi common collector, input diumpankan ke basis transistor sedangkan outputnya diperoleh dari emitor transistor sedangkan kolektor-nya di-ground-kan dan digunakan bersama untuk input maupun output. Konfigurasi kolektor bersama (common collector) ini sering disebut juga dengan pengikut emitor (emitter follower) karena tegangan sinyal output pada emitor hampir sama dengan tegangan input basis.
Konfigurasi
common emitter (ce) atau emitor bersama merupakan konfigurasi transistor yang
paling sering digunakan, terutama pada penguat yang membutuhkan penguatan
tegangan dan arus secara bersamaan. Hal ini dikarenakan konfigurasi transistor
dengan common emitter ini menghasilkan penguatan tegangan dan arus antara
sinyal input dan sinyal output. Common emitter adalah konfigurasi transistor
dimana kaki emitor transistor di-ground-kan dan dipergunakan bersama untuk
input dan output. Pada konfigurasi common emitter ini, sinyal input dimasukan
ke basis dan sinyal output-nya diperoleh dari kaki kolektor.
- OP AMP 741
Op-amp adalah salah satu dari bentuk ic linear yang berfungsi
sebagai penguat sinyal listrik. Sebuah op-amp terdiri dari beberapa
transistor, dioda, resistor dan kapasitor yang terinterkoneksi dan terintegrasi
sehingga memungkinkannya untuk menghasilkan gain (penguatan) yang tinggi pada
rentang frekuensi yang luas. Dalam bahasa indonesia, op-amp atau operational
amplifier sering disebut juga dengan penguat operasional.
Karakteristik
penguat ideal adalah:
- Gain sangat besar
(aol >>). Penguatan open loop adalah sangat besar karena
feedback-nya tidak ada atau rf = tak terhingga, serta pada rentang
frekuensi yang luas.
- Impedansi input
sangat besar (zi >>). Impedansi input adalah sangat besar sehingga
arus input ke rangkaian dalam op-amp sangat kecil sehingga tegangan input
sepenuhnya dapat dikuatkan.
- Impedansi output sangat kecil (zo
<<).
Konfigurasi pin 741:
Spesifikasi:
Respons
karakteristik kurva i-o:
- Sensor MQ-2
Sensor MQ-2
berfungsi untuk mendeteksi keberadaan asap yang berasal dari gas mudah terbakar
di udara. Pada dasarnya sensor ini terdiri dari tabung aluminium yang
dikelilingi oleh silikon dan di pusatnya ada elektroda yang terbuat dari aurum
di mana ada element pemanasnya.
Ketika terjadi
proses pemanasan, kumparan akan dipanaskan sehingga SnO2 keramik menjadi
semikonduktor atau sebagai penghantar sehingga melepaskan elektron dan ketika
asap dideteksi oleh sensor dan mencapai aurum elektroda maka output sensor MQ-2
akan menghasilkan tegangan analog.
Spesifikasi
sensor pada sensor gas MQ-2 adalah sebagai berikut:
- Catu daya pemanas : 5V AC/DC
- Catu daya rangkaian : 5VDC
- Range pengukuran : 200 - 5000ppm untuk
LPG, propane 300 - 5000ppm untuk butane 5000 - 20000ppm untuk methane 300
- 5000ppm untuk Hidrogen
- Keluaran : analog (perubahan tegangan)
konfigurasi dari sensor MQ-S :
- Pin 1 merupakan
heater internal yang terhubung dengan ground.
- Pin 2 merupakan
tegangan sumber (VC) dimana Vc < 24 VDC.
- Pin 3 (VH) digunakan
untuk tegangan pada pemanas (heater internal) dimana VH = 5VDC.
- Pin 4 merupakan
output yang akan menghasilkan tegangan analog.
Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa konsentrasi minimum yang
dapat diuji adalah 100ppm dan maksimumnya 10000ppm atau konsentrasi gasnya
antara 0.01% dan 1%. Namun, rumusnya tidak dapat ditentukan karena hubungan
grafik antara rasio dan konsentrasi adalah nonlinear.
- Sound Sensor
Sensor Suara adalah
sensor yang memiliki cara kerja merubah besaran suara menjadi besaran listrik.
Pada dasarnya prinsip kerja pada alat ini hampir mirip dengan cara kerja sensor
sentuh pada perangkat seperti telepon genggam, laptop, dan notebook. Sensor ini
bekerja berdasarkan besar kecilnya kekuatan gelombang suara yang mengenai
membran sensor yang menyebabkan bergeraknya membran sensor yang memiliki
kumparan kecil dibalik membran tersebut naik dan turun. Kecepatan gerak
kumparan tersebut menentukan kuat lemahnya gelombang listrik yang
dihasilkannya.
Salah satu
komponen yang termasuk dalam sensor ini adalah Microphone atau Mic. Mic adalah
komponen eletronika dimana cara kerjanya yaitu membran yang digetarkan oleh
gelombang suara akan menghasilkan sinyal listrik.
Mic dapat
diklarifikasikan menjadi beberapa jenis dasar antara lain; dinamis,
piezoelektrik, dan elektrostatik. Mic dinamis adalah contoh alat yang
memiliki sensor suara dengan peran yang besar dalam dunia industri
musik. Sedangkan untuk Mic piezoelektrik digunakan secara luas untuk mic dengan
meter rendah tingkat frekuensi suara. Untuk masalah pengukuran, mic
elektrostatik adalah yang paling populer karena mereka dapat dirampingkan,
memiliki ffrekuensi respon konsekuensi rata selama rentang frekuensi yang luas,
dan menyediakan nyata stabilitas yang tinggi dibandingkan dengan mic jenis
lain. Intensitas suara mic ini dirancang untuk menangkap intensitas suara
bersama dengan unit arah aliran sebagai besaran vektor. Bila dilihat dari
intensitas bunyi, mic dibagi menjadi dua jenis, yaitu arang dan capasitor.
Diperlukan
bebrapa komponen dalam pembuatan sensor suara. Komponen yang diperlukan sangat
mudah ditemukan dan memiliki harga yang terjangkau. Komponen-komponen yang
dibutuhkan antara lain; resistor memiliki dua saluran yang fungsinya untuk
menahan arus listrik dengan memproduksi penurunan tegangan diantara dua
salurannya sesuai dengan arus, kondensator, trimpot memiliki hambatan listrik
yang dapat diubah-diubah dengan cara memutar porosnya, dioda adalah bahan
semikonduktor yang dapat menghantar arus listrik pada satu arah saja, IC
(Intergrated Circuit) atau sirkuit, kondensator mic, LED untuk mengeluarkan
emisi cahaya, timah, solder, kabel secukupnya dan lain-lain.
Pin OUT
Spesifikasi
- Working voltage: DC 3.3-5V
- Dimensions: 45 x 17 x 9 mm
- Signal output indication
- Single channel signal output
- With the retaining bolt hole,
convenient installation
- Outputs low level and the signal
light when there is sound
Grafik Respons Sensor Sound
Sensor suara
merupakan module sensor yang mensensing besaran suara untuk diubah menjadi
besaran
listrik yang akan dioleh mikrokontroler.
- Sensor PIR
Sensor PIR atau
disebut juga dengan Passive Infra Red merupakan sensor yang
digunakan untuk mendeteksi adanya pancaran sinar infra merah dari suatu object.
Sesuai dengan namanya sensor PIR bersifat pasif, yang berarti sensor ini tidak
memancarkan sinar infra merah melainkan hanya dapat menerima radiasi sinar
infra merah dari luar. Sensor PIR terdiri dari beberapa bagian yaitu :
- Fresnel Lens -->Lensa Fresnel pertama kali digunakan pada tahun
1980an. Digunakan sebagai lensa yang memfokuskan sinar pada lampu
mercusuar. Penggunaan paling luas pada lensa Fresnel adalah pada lampu
depan mobil, di mana mereka membiarkan berkas parallel secara kasar dari
pemantul parabola dibentuk untuk memenuhi persyaratan pola sorotan
utama.
- IR Filter -->IR
Filter dimodul sensor PIR ini mampu menyaring panjang gelombang sinar
infrared pasif antara 8 sampai 14 mikrometer, sehingga panjang gelombang
yang dihasilkan dari tubuh manusia yang berkisar antara 9 sampai 10
mikrometer ini saja yang dapat dideteksi oleh sensor. Sehingga
Sensor PIR hanya bereaksi pada tubuh manusia saja.
- Pyroelectric Sensor -->Seperti
tubuh manusia yang memiliki suhu tubuh kira-kira 32 derajat celcius, yang
merupakan suhu panas yang khas yang terdapat pada lingkungan. Pancaran
sinar inframerah inilah yang kemudian ditangkap oleh Pyroelectric
sensor yang merupakan inti dari sensor PIR ini sehingga
menyebabkan Pyroelectic sensor yang terdiri dari galium
nitrida, caesium nitrat dan litium tantalate menghasilkan
arus listrik.
- Amplifier -->Sebuah sirkuit amplifier
yang ada menguatkan arus yang masuk pada material pyroelectric.
- Komparator-->Setelah dikuatkan oleh amplifier kemudian arus dibandingkan oleh komparator sehingga mengahasilkan output.
Spesifikasi sensor PIR
- Input Voltage: DC 4.5-20V
- Static current: 50uA
- Output signal: 0,3V (Output high when
motion detected)
- Sentry Angle: 110 degree
- Sentry Distance: max 6/7 m
- Shunt for setting overide trigger: H -
Yes, L - No
- Relay
Relay adalah Saklar (Switch) yang dioperasikan secara listrik dan
merupakan komponen Electromechanical (Elektromekanikal) yang terdiri dari 2
bagian utama yakni Elektromagnet (Coil) dan Mekanikal (seperangkat Kontak
Saklar/Switch). Relay menggunakan Prinsip Elektromagnetik
untuk menggerakkan Kontak Saklar sehingga dengan arus listrik yang kecil (low
power) dapat menghantarkan listrik yang bertegangan lebih tinggi. Sebagai
contoh, dengan Relay yang menggunakan Elektromagnet 5V dan 50 mA mampu
menggerakan Armature Relay (yang berfungsi sebagai saklarnya) untuk
menghantarkan listrik 220V 2A.
Dibawah ini
adalah gambar bentuk Relay dan Simbol Relay yang sering ditemukan di Rangkaian
Elektronika.
Spesifikasi
Konfigurasi pin
Relay merupakan komponen listrik yang mempunyai 2 bagian yaitu, kumparan dan poin. Secara garis besar relay berfungsi untuk mengendalikan dan mengalirkan listrik.
Prinsip kerja
Relay
Pada dasarnya,
Relay terdiri dari 4 komponen dasar yaitu :
1. Electromagnet (Coil)
2. Armature
3. Switch Contact Point (Saklar)
4. Spring
Berikut ini
merupakan gambar dari bagian-bagian Relay:
Kontak Poin (Contact Point) Relay terdiri dari 2 jenis yaitu :
§ Normally Close (NC) yaitu kondisi awal sebelum
diaktifkan akan selalu berada di posisi CLOSE (tertutup)
§ Normally Open (NO) yaitu kondisi awal sebelum
diaktifkan akan selalu berada di posisi OPEN (terbuka)
Berdasarkan
gambar diatas, sebuah Besi (Iron Core) yang dililit oleh sebuah kumparan Coil
yang berfungsi untuk mengendalikan Besi tersebut. Apabila Kumparan Coil
diberikan arus listrik, maka akan timbul gaya Elektromagnet yang kemudian
menarik Armature untuk berpindah dari Posisi sebelumnya (NC) ke posisi baru
(NO) sehingga menjadi Saklar yang dapat menghantarkan arus listrik di posisi
barunya (NO). Posisi dimana Armature tersebut berada sebelumnya (NC) akan
menjadi OPEN atau tidak terhubung. Pada saat tidak dialiri arus listrik,
Armature akan kembali lagi ke posisi Awal (NC). Coil yang digunakan oleh
Relay untuk menarik Contact Poin ke Posisi Close pada umumnya hanya membutuhkan
arus listrik yang relatif kecil.
5. Prosedur Percobaan[Kembali]
1. Buka aplikasi Proteus
2.
Pilih komponen yang dibutuhkan, pada rangkaian ini dibutukan
komponen Relay, Motor DC, Sensor LM35, LED, Transistor NPN BC548,
Octocoupler, Resistor, Op amp, Potensiometer, dan Mosfet
3.
Rangkai setiap komponen menjadi rangkaian yang diinginkan
4.
Ubah spesifikasi komponen sesuai kebutuhan
5.
Jalankan simulasi rangkaian
6. Rangkaian Simulasi[Kembali]
1.) Rangkaian Non-Inverting Adder Amplifier
Gambar Rangkaian Non-Inverting Adder Amplifier
Prinsip Kerja :
Tegangan input pertama (V1) dan tegangan input kedua (V2) masing
masing sebesar 15V dirangkai secara parallel melalui hambatan input R1 dan R2
yang masing masing bernilai 10k ohm menuju titik sambungan yang sama yang
terhubung dengan kaki non inverting pada amplifier. Selanjutnya tegangan akan
diperkuat oleh hubungan antara hambatan umpan balik (Rf) yang bernilai 15k ohm
dengan hambatan yang terhubung ke kaki inverting dan ground (Ri atau Rs) yang
bernilai 15k ohm. Hasil tegangan output (Vo) yang dihasilkan
dapat dihitung dengan rumus berikut,
Sehingga diperoleh tegangan output (Vo) yang dihasilkan adalah sebesar 30V dan sefasa dengan tegangan input.
[Klik untuk download Resistor Datasheet]
[Klik untuk download Motor DC Datasheet]
[Klik untuk download LM741 Datasheet]
[Klik untuk download HC SR501 PIR Senssor Datasheet]
[Klik untuk download Relay Datasheet]
[Klik untuk download LED Datasheet]
[Klik untuk download Buzzer Datasheet]
[Klik untuk download Battery Datasheet]
[Klik untuk download BC547 Datasheet]
Comments
Post a Comment